Rabu, 13 Juni 2012
Si Cacing dan Kotorannya The Series
Ajahn Brahma lahir di London, 1951, dan meraih gelar Sarjana Fisika Teori di Cambridge University. Pada usia 23 tahun ia menjadi petapa di hutan Thailand dan sejak 1983 pindah ke Perth. Ia mendapat medali John Curtis dari Curtin University Australia atas pelayanannya mengunjungi penjara, rumah sakit, dan rumah duka. Ia berkeliling dunia untuk berbagi kasih dan kebahagiaan dalam ceramah dan retret. Ajahn Brahma juga melakukan Tour d'indonesia untuk berceramah di puluhan kota dihadapan ribuan hadirin.
Selama hampir 30 tahun sebagai Bhikkhu, lahir dan dididik di Barat, namun terlatih dalam tradisi hutan Thai, Ajahn Brahm telah menghimpun berbagai kisah yang menyentuh, menggelikan, dan bermakna mendalam. Dalam kumpulan kisah-kisah pengajaran ini, terdapat banyak cerita mengenai kebenaran hidup, yang dapat digunakan untuk meluncur ke tataran kesadaran, kebijaksanaan, cinta, dan belas kasih yang lebih dalam. Dalam setiap kisah, kebenaran tampak nyata. Ajahn Brahm juga menceritakan ajaran-ajaran kebijaksanaan dari gurunya yang terkenal bagai orang suci, Ajahn Chah. Tahun-tahun dini kehidupannya di belantara Thai telah menyediakan lahan subur bagi citarasa humornya, tatkala, sebagai contoh, ia hanya mendapat nasi berlauk kodok rebus sebagai satu-satunya santapan sepanjang hari. Pada tahun 1983, ia mulai membangun sebuah Vihara di Australia, tempat ia tinggal saat ini, tetapi seperti yang diceritakannya, bahwa para Bhikkhu di sana begitu miskinnya sampai-sampai ketika tengah membangun Vihara, mereka terpaksa menggunakan daun pintu sebagai alas tidur dan harus belajar bertukang dan menyemen sendiri. Belakangan, ia telah mengajar filsafat Buddhis yang tak lekang oleh waktu kepada orang-orang Barat dari berbagai kalangan, memimpin kelompok meditasi di penjara-penjara Australia, serta memberi penghiburan bagi mereka yang tertekan, sakit, dan berduka. Kisah-kisah yang tersaji bermakna mendalam, mengundang tawa, dan mencerahkan. Diceritakan dengan jenaka dan bijak, kisah-kisah dalam buku ini mengungkapkan sifat-sifat hormat, kerendahan hati, dan ketekunan. Kisah-kisah tersebut juga memaparkan momen pencerahan, kebijaksanaan, dan belas kasih dalam kehidupan orang-orang biasa. Kisah-kisah modern mengenai pengharapan, pemaafan, pembebasan dari rasa takut, dan pengatasan derita ini, dengan cendekia menuturkan kebijaksanaan ajaran Buddha dan jalan menuju kebahagiaan sejati.
Hidup kita, cerita kita. Melalui cerita-cerita dalam buku ini, Ajahn Bahm memperkaya kita untuk selalu cerdas memaknai kejadian kehidupan kita. Ringan dan tidak harus terlalu serius, kenapa tidak kita lakukan?
Ade Rai, Budayawan Fisik
Jangan tinggalkan buku ini, bila Anda ingin melihat terang pada seluruh aspek kehidupan Anda, baik dalam suka maupun susah, ketika beruntung atau mendapat musibah, ketika semua berjalan lancar atau sebaliknya ketika Anda dalam percobaan.
Agung Adiprasetyo, CEO Kompas Gramedia
jika ada satu buku yang bisa menerangkan fenomena pikiran dengan jernih, lugas, ringan, sekaligus menghibur, maka inilah bukunya. Buku ini menembus batas dan sekat religi dan kepercayaan. Universitas yang disajikannya jelas dan nyata kita rasakan sehari-hari dalam hidup. Amat penting untuk dibaca.
Dewi Lestari, Novelis dan Penyanyi
Saya pernah mendengar Ajahn Brahm secara langsung. Dia adalah seorang Marketeer 3.0 yang ingin semua makhluk di dunia bahagia
Hermawan Kartajaya, Founder and Chairman of MarkPlus, Inc
Seseorang disebut bijak bukan karena tidak pernah melakukan kesalahan, melainkan setiap kali berbuat kesalahan dia segera menyadari kesalahan itu dan memperbaikinya. Tuntunan untuk menyadari kesalahan dan panduan untuk memperbaikinya sungguh berlimpah dalam buku ini.
Musdah Mulia, Chairperson of Indonesian Conference on Religion and Peace
Melalui cerita yang sederhana, buku ini mengajarkan kita tentang arti kehidupan, kebijaksanaan, dan kedamaian
Susy Susanti, Juara Dunia dan Juara Olimpiade Bulu Tangkis
Salah satu cerita:
Ada seorang raja yang begitu senang berburu. Suatu ketika, saat berburu, jarinya terluka. Tabibnya yang tua merawat jari itu. Raja, karena gelisah, bertanya, "Bagaimana tabib, apakah jariku bakal baik atau buruk?" Tabibnya menjawab, "Good? Bad? Who knows?" ("Baik? Buruk? Siapa yang tahu?")
Beberapa hari kemudian, jari itu terinfeksi hingga jadi bengkak. Raja kembali menemui tabibnya dengan panik, "Apa yang terjadi? Apa lukaku akan baik-baik saja?" Tabibnya menjawab, "Good? Bad? Who knows?"
Jelas ucapan tabibnya itu tidak membuat raja terkesan sama sekali, namun ia hanya bisa memercayai tabibnya. Beberapa hari kemudian luka itu sudah begitu parahnya hingga tabib harus memotong jarinya. Amputasi!
"Baik? Buruk? Aku tahu ini buruk!!!" Raja murka dan menjebloskan tabibnya ke penjara karena tidak bisa menyelamatkan jarinya. Setelah menjebloskannya, raja berseru kepada tabib dalam penjara, "Nah sekarang bagaimana perasaanmu, hah?" Tabib menukas," Good? Bad? Who knows?" Raja mendengus, "Dasar tabib sinting!"
Setelah luka di jarinya sembuh, raja kembali berburu. Kali ini ia mengejar buruannya makin ke pelosok rimba, terpisah dari rombongannya, dan ia ditangkap oleh suka penghuni rimba. Mereka menangkapnya untuk dikorbankan kepada dewa-dewa mereka. Bukan kepalang takutnya raja kita ini. Akan tetapi, tepat ketika raja nyaris dikorbankan, mereka melihat jari tangannya kurang satu! Suku rimba itu berkata, "Kami tidak bisa mengorbankan kamu. Kamu tidak sempurna untuk jadi korban!" Jadi mereka melepaskannya.
Ketika raja berhasil pulang ke kerajaannya, ia berpikir, "Wow! Betapa beruntungnya aku! Jika seluruh jariku lengkap, aku pasti sudah mati!" Lalu ia menemui tabib di penjara dan berkata, "Menakjubkan! Memang aku kehilangan jariku, tapi siapa yang tahu apakah ini baik atau buruk? Dan ini baik bagiku! Terima kasih banyak! Aku membebaskanmu dari penjara!"
Raja melanjutkan, "Aku menyesal telah berbuat buruk memenjarakanmu." Tabib itumenyeletuk, "Apa maksud Paduka memenjara hamba adalah buruk? Justru bagus hamba masuk penjara! Karena jika hamba tidak di penjara, hamba pasti akan bersama Paduku saat berburu! Suku rimba akan menangkap hamba, dan karena jemari hamba lengkap, hambalah yang akan dikorbankan!"
Makna kisah ini adalah....baik atau buruk, siapa sih yang tahu? Jika suami Anda meninggalkan Anda karena perempuan lain...Good? Bad? Who knows? Ini sungguh benar. Anda tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Anda kehilangan rumah Anda : Good? Bad? Who Knows?
Hal yang menakjubkan mengenai hidup adalah hidup ini begitu tidak pasti. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Namun terhadap semua hal yang terjadi dalam hidup, kita bisa memiliki hubungan yang baik terhadapnya, ramah, menerimanya. Kita tidak menyalahkan kehidupan, marah atau sedih pada hidup, sebab...Good? Bad? Who Knows?
Ketika pacar saya mencampakkan saya, rasanya sangat menderita. Namun kini saya bisa berkata, "Terima kasih banyak. Karena jika kamu tidak mencampakkanku, aku sudah menikah denganmu kini, punya anak, lalu cerai, dengan banyak cicilan dan tagihan. Menjadi gila seperti orang lain. Jadi terima kasih sudah mencampakkanku. Terima kasih banyak!"
Saya ingat ada orang yang pernah datang ke Vihara Bodhinyana dan menceritakan kisah nyata yang mengubah hidupnya ini. Ia adalah seorang pengusaha Australia yang sedang melakukan perjalanan bisnis ke Mumbai, dan setelah menyelesaikan urusannya, ia berencana terbang ke Inggris. Ia memesan taksi dari hotelnya. "Antar saya ke bandara!"
Taksi itu membawanya ke bandara, namun salah jalan dan nyasar. Kadang para supir taksi ini, bahkan meski mereka bekerja di tengah kota, mereka sering tidak tahu jalan. Akibatnya taksinya kesasar, waktu makin mepet, pesawat segera terbang. Orang Australia ini makin lama makin cemas, kesal, bahkan marah, "Cepat antar saya ke bandara! Tanya polisi! Tanya siapa pun! Pokoknya bawa saya ke sana secepat mungkin!"
Harapan terakhir yang ia punya adalah semoga pesawatnya ditunda terbang. Namun ketika sampai di bandara, ia bisa melihat pesawatnya sudah lepas landas, terbang ke angkasa, "Supir sialan! Aku ketinggalan pesawat!"
Kemudian ia melihat pesawat itu mendadak turun lagi, lalu jatuh! Seluruh penumpangnya tewas! Ia menyaksikan itu..., termangu..., lalu berkata, "Aduuuh, terima kasih supir taksi!" Ia pun memberikan tip besar ke supir taksi itu. Namun ada sesuatu yang mengubah seluruh hidupnya.
Bagaimana Anda bisa begitu marah dan kritis terhadap hal yang tidak berjalan sesuai keinginan Anda? Ini adalah falsafah indah mengenai kehidupan, yang berarti Anda tidak menjadi negatif sama sekali terhadap hidup, namun...Good? Bad? Who Knows?
Sumber : Buku 'Si Cacing & Kotoran Kesayangannya 2' - Ajahn Brahm
Beberapa hari kemudian, jari itu terinfeksi hingga jadi bengkak. Raja kembali menemui tabibnya dengan panik, "Apa yang terjadi? Apa lukaku akan baik-baik saja?" Tabibnya menjawab, "Good? Bad? Who knows?"
Jelas ucapan tabibnya itu tidak membuat raja terkesan sama sekali, namun ia hanya bisa memercayai tabibnya. Beberapa hari kemudian luka itu sudah begitu parahnya hingga tabib harus memotong jarinya. Amputasi!
"Baik? Buruk? Aku tahu ini buruk!!!" Raja murka dan menjebloskan tabibnya ke penjara karena tidak bisa menyelamatkan jarinya. Setelah menjebloskannya, raja berseru kepada tabib dalam penjara, "Nah sekarang bagaimana perasaanmu, hah?" Tabib menukas," Good? Bad? Who knows?" Raja mendengus, "Dasar tabib sinting!"
Setelah luka di jarinya sembuh, raja kembali berburu. Kali ini ia mengejar buruannya makin ke pelosok rimba, terpisah dari rombongannya, dan ia ditangkap oleh suka penghuni rimba. Mereka menangkapnya untuk dikorbankan kepada dewa-dewa mereka. Bukan kepalang takutnya raja kita ini. Akan tetapi, tepat ketika raja nyaris dikorbankan, mereka melihat jari tangannya kurang satu! Suku rimba itu berkata, "Kami tidak bisa mengorbankan kamu. Kamu tidak sempurna untuk jadi korban!" Jadi mereka melepaskannya.
Ketika raja berhasil pulang ke kerajaannya, ia berpikir, "Wow! Betapa beruntungnya aku! Jika seluruh jariku lengkap, aku pasti sudah mati!" Lalu ia menemui tabib di penjara dan berkata, "Menakjubkan! Memang aku kehilangan jariku, tapi siapa yang tahu apakah ini baik atau buruk? Dan ini baik bagiku! Terima kasih banyak! Aku membebaskanmu dari penjara!"
Raja melanjutkan, "Aku menyesal telah berbuat buruk memenjarakanmu." Tabib itumenyeletuk, "Apa maksud Paduka memenjara hamba adalah buruk? Justru bagus hamba masuk penjara! Karena jika hamba tidak di penjara, hamba pasti akan bersama Paduku saat berburu! Suku rimba akan menangkap hamba, dan karena jemari hamba lengkap, hambalah yang akan dikorbankan!"
Makna kisah ini adalah....baik atau buruk, siapa sih yang tahu? Jika suami Anda meninggalkan Anda karena perempuan lain...Good? Bad? Who knows? Ini sungguh benar. Anda tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Anda kehilangan rumah Anda : Good? Bad? Who Knows?
Hal yang menakjubkan mengenai hidup adalah hidup ini begitu tidak pasti. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Namun terhadap semua hal yang terjadi dalam hidup, kita bisa memiliki hubungan yang baik terhadapnya, ramah, menerimanya. Kita tidak menyalahkan kehidupan, marah atau sedih pada hidup, sebab...Good? Bad? Who Knows?
Ketika pacar saya mencampakkan saya, rasanya sangat menderita. Namun kini saya bisa berkata, "Terima kasih banyak. Karena jika kamu tidak mencampakkanku, aku sudah menikah denganmu kini, punya anak, lalu cerai, dengan banyak cicilan dan tagihan. Menjadi gila seperti orang lain. Jadi terima kasih sudah mencampakkanku. Terima kasih banyak!"
Saya ingat ada orang yang pernah datang ke Vihara Bodhinyana dan menceritakan kisah nyata yang mengubah hidupnya ini. Ia adalah seorang pengusaha Australia yang sedang melakukan perjalanan bisnis ke Mumbai, dan setelah menyelesaikan urusannya, ia berencana terbang ke Inggris. Ia memesan taksi dari hotelnya. "Antar saya ke bandara!"
Taksi itu membawanya ke bandara, namun salah jalan dan nyasar. Kadang para supir taksi ini, bahkan meski mereka bekerja di tengah kota, mereka sering tidak tahu jalan. Akibatnya taksinya kesasar, waktu makin mepet, pesawat segera terbang. Orang Australia ini makin lama makin cemas, kesal, bahkan marah, "Cepat antar saya ke bandara! Tanya polisi! Tanya siapa pun! Pokoknya bawa saya ke sana secepat mungkin!"
Harapan terakhir yang ia punya adalah semoga pesawatnya ditunda terbang. Namun ketika sampai di bandara, ia bisa melihat pesawatnya sudah lepas landas, terbang ke angkasa, "Supir sialan! Aku ketinggalan pesawat!"
Kemudian ia melihat pesawat itu mendadak turun lagi, lalu jatuh! Seluruh penumpangnya tewas! Ia menyaksikan itu..., termangu..., lalu berkata, "Aduuuh, terima kasih supir taksi!" Ia pun memberikan tip besar ke supir taksi itu. Namun ada sesuatu yang mengubah seluruh hidupnya.
Bagaimana Anda bisa begitu marah dan kritis terhadap hal yang tidak berjalan sesuai keinginan Anda? Ini adalah falsafah indah mengenai kehidupan, yang berarti Anda tidak menjadi negatif sama sekali terhadap hidup, namun...Good? Bad? Who Knows?
Sumber : Buku 'Si Cacing & Kotoran Kesayangannya 2' - Ajahn Brahm
Note : Saya uda baca triloginya, isi nya bagus semua. Buku ini mengajarkan saya banyak hal, kebijaksanaan, kewelasan, rasa cinta dsb.
Di Uranus buku ini hanya 40.000, sedangkan toko buku lain mungkin sekitar 50.000
Archives
-
▼
2012
(292)
-
▼
Juni
(143)
-
▼
Jun 13
(17)
- Mobil Dua Roda yang Bisa Jaga Keseimbangan
- Ciri-ciri Pegawai yang Tidak Disukai Bos
- Lima Tanda Anda Akan Dipecat
- Tujuh Kebiasaan Istri yang Membuat Suami Kesal
- 10 Hal yang Diinginkan Pria dari Pasangannya
- 5 Hal yang Tak Bisa Diubah dari Pria
- 10 Tipe Pria yang dihindari Wanita
- Prometheus (2012)
- Zyrex Cruiser LW5825
- LG Optimus L7
- PlayStation Vita
- Buku seni Vespa Indonesia diluncurkan di Zurich
- Pianis Muda Indonesia Ukir Rekor Dunia di Sydney O...
- 8 Hotel dengan Tarif Puluhan Juta Per Malam Di Ind...
- Tarsius tumpara, Primata Imut asli INDONESIA yang ...
- Si Cacing dan Kotorannya The Series
- Sepatu Dahlan
-
▼
Jun 13
(17)
-
▼
Juni
(143)