Selasa, 19 Februari 2013
Anggaran Kurikulum 2013 Rp 2,49 triliun.
Meski pernah dijelaskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh terkait anggaran kurikulum 2013, berbagai pihak masih tidak puas dengan penjelasan tentang anggaran kurikulum yang mengalami perubahan signifikan. Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Siti Juliantari Rachman, memprediksikan tiga alasan terus berubahnya besaran anggaran kurikulum 2013. Padahal, peruntukannya masih hanya untuk buku dan persiapan guru.
"Kami melihat ada tiga kemungkinan di sini yang membuat anggaran ini berubah terus," kata Tari, saat jumpa pers di Kantor ICW, Kalibata, Jakarta, Jumat (15/2/2013).
Kemungkinan pertama adalah pemerintah berniat mengubah kurikulum dengan melakukan piloting terlebih dahulu sehingga untuk tahap pertama saja hanya dibutuhkan Rp 684 miliar dan kemudian akan ditambah pada tahap berikutnya. Namun hal ini terbantahkan karena pemerintah dengan tegas menyatakan tidak akan ada piloting atau uji coba pada kurikulum 2013 ini.
Kemungkinan selanjutnya adalah adanya salah perencanaan dari pemerintahan tentang perubahan kurikulum ini, yang membuat anggaran kurikulum tidak pasti. "Tapi kami rasa sekelas kementerian jika ingin membuat proyek semacam ini pasti sudah ada rencana dan tidak akan gegabah. Jadi kemungkinan ini terpatahkan," ungkap Tari.
Kemungkinan terakhir adalah pemerintah sejak awal telah mengantongi anggaran kurikulum 2013 sebesar Rp 2,49 triliun. Namun karena dinilai terlalu mencolok dan sulit mendapat persetujuan DPR RI, angka tersebut dipangkas menjadi Rp 684 miliar dan kemudian naik menjadi Rp 1,4 triliun lalu sampai pada hitungan sesungguhnya, yaitu Rp 2,49 triliun.
"Yang ini sangat mungkin terjadi. Pemerintah sudah tahu bahwa perubahan kurikulum butuh biaya besar. Tapi karena takut tidak disetujui oleh DPR, dibuat dulu dengan anggaran yang minim," ungkap Tari.
Hal ini tentu saja berkaitan dengan peningkatan anggaran pendidikan dalam APBN 2013. Sebelum ada perubahan kurikulum ini, rencananya hanya akan ada penataan ulang dan penguatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang ditargetkan menelan biaya Rp 300 miliar untuk tiga tahun.
"Dengan perubahan kurikulum secara menyeluruh ini kan berarti mengganti buku dan lain-lain. Jadi butuh biaya besar yang dampaknya menaikkan anggaran pendidikan," tandasnya.
Raja'
Pendahuluan
Kewajiban orang berakal dan bermata hati yang menginginkan keselamatan bagi dirinya adalah tidak bersikap berlebih-lebihan dalam berharap-harap (yakni hanya bersandar pada rahmat Allah saja). Sebagaimana juga jangan sampai ia benputus asa untuk mendapatkan rahmat Allah. Karena berputus asa dan rahmat Allah adalah salah satu dosa besar. Allah berfirman:
"Dan jangan kamu berputus asa dan nahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dan rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (Yusuf: 87)
Justru kewajiban manusia adalah menempatkan dirinya antara khauf dan raja'. Diriwayatkan dengan shahih dan Rasulullah ~ bahwa beliau pemah menemui seorang lelaki yang berada dalam kondisi hampir mati. Beliau bertanya: "Bagaimana kondisi jiwamu sekarang ini?" lelaki itu menjawab: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku berharap-harap kepada Allah, namun aku juga takut karena dosa-dosaku." Maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Setiap dua rasa itu berkumpul dalam hati seorang hamba pada saat seperti sekarang ini, pasti Allah akan memberikan kepadanya apa yang dia harapkan dan memberikan rasa aman kepadanya dari apa yang dia takutkan." (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi. Dan Imam Nawawi berkata: "Sanad hadits ini hasan.")
A. Definisi
Kata raja’ berasal dari bahasa Arab yang artinya harapan. Maksud raja’ pada pembahasan ini adalah mengharapkan keridhaan Allah SWT dan rahmat-Nya. Rahmat adalah segala karunia dari Allah SWT yang mendatangkan manfaat dan nikmat.
Raja’ termasuk akhlakul karomah terhadap allah SWT yang manfaatnya dapat mempertebal iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seorang muslim/muslimah yang mengharapkan ampunan Allah berarti ia mengakui bahwa Allah itu maha pengampun.
Kebalikan dari sifat raja’ adalah berputus harapan terhadap ridha dan rahmat Allah SWT. Orang yang berputus harapan terhadap Allah, berarti ia berprasangka buruk kepada Allah SWT, yang hukumnya haram dan merupakan ciri dari orang kafir.
Muslim/muslimat yang bersifat raja’ tentu dalam hidupnya akan bersikap optimis, dinamis, berfikir kritis dan mengenal diri dalam mengharapkan keridhaan Allah SWT.
Artinya :
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (Al Kahfi : 110)
B. Sifat Sifat Raja’
1. Optimis
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud optimis adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandagan) baik dalam menghadap segala hal atau persoalan, misalnya :
- seorang siswa/siswi yang mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) dia berharap akan lulus dan diterima di perguruan tinggi yang ia pilih.
- Seseorang ingin bekerja di sebuah perusahaan swasta, kalau ia berfikir optimis, tentu dia akan berusaha mengajukan lamaran dan berharap agar lamaran diterima serta dapat bekerja di perusahaan tersebut.
Kebalikan dari sikap optimis adalah sifat pesimis. Sifat pesimis dapat diartikan berprasangka buruk terhadap Allah SWT. Seseorang yang pesimis biasanya selalu khawatir akan memperoleh kegagalan, kekalahan, kerugian atau bencana, sehingga ia tidak mau berusaha untuk mencoba.
2. Dinamis
Kata dinamis berasal dari bahasa Belanda “dynamisch” yang berarti giat bekerja, tidak mau tinggal diam, selalu bergerak, dan terus tumbuh. Dia akan terus berusaha secara sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang lebih baik dan lebih maju, misalnya :
- Seorang petani akan berusaha agar hasil pertaniannya meningkat
- Seorang pedagang akan terus berusaha agar usaha dagangnya berkembang.
Kebalikan dari sifat dinamis ialah statis. Sifat statis harus dijauhi oleh setiap muslim/muslimat karena termasuk akhlak tercela yang dapat menghambat kemajuan dan mendatangkan kerugian.
3. Berfikir kritis
Dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan bahwa berfikir kritis artinya tajam dalam menganalisa, bersifat tidak lekas cepat percaya, dan sikap selalu berusaha menemukan kesalahan, kekeliruan, atau kekurangan. Orang yang ahli mmeberi kritik atau memberi pertimbangan apakah sesuatu itu benar atau salah, tepat atau keliru, sudah lengkap atau belum disebut kritikus.
Kritik ada dua macam yaitu yang termasuk akhlak terpuji dan yang tercela. Pertama , kritik yang termasuk akhlak terpuji yaitu kritik yang sehat, yang didasari dengan niat ikhlas karena Allah SWT, tidak menggunakan kata-kata pedas yang menyakitkan hati, dan dengan maksud untuk mmeberikan pertolongan kepada orang yang dikritik agar menyadari kesalahan, kekeliruan dan kekurangannya, disertai dengan memberikan petunjuk tentang jalan keluar dari kesalahan, kekeliruan dan kekurangannya tersebut.
4. Mengenali diri dengan mengharapkan ridho Allah SWT
Seorang muslim yang mengenali dirinya tentu akan menyadari bahwa dirinya adlah makhluk Allah, yang harus selalu tunduk pada ketentuan-ketentuan-Nya (sunnatullah). Iapun menyadari tujuan hidupnya adalah memperoleh ridha Allah, sehingga hidupnya diabdikan untuk menghambakan diri hanya kepada-Nya dengan cara melaksanakan perintah-perintahnya dan meninggalkan semua larangan-Nya
C. Peranan Raja'
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: "Ketahuilah sesungguhnya penggerak hati menuju Allah 'azza wa jalla ada tiga: Al-Mahabbah (cinta), Al-Khauf (takut) dan Ar-Rajaa' (harap). Yang terkuat di antara ketiganya adalah mahabbah. Sebab rasa cinta itulah yang menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu dikarenakan kecintaan adalah sesuatu yang diharapkan terus ada ketika di dunia maupun di akhirat. Berbeda dengan takut. Rasa takut itu nanti akan lenyap di akhirat (bagi orang yang masuk surga, pent). Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Ketahuilah, sesungguhnya para wali Allah itu tidak ada rasa takut dan sedih yang akan menyertai mereka." (QS. Yunus: 62) Sedangkan rasa takut yang diharapkan adalah yang bisa menahan dan mencegah supaya (hamba) tidak melenceng dari jalan kebenaran. Adapun rasa cinta, maka itulah faktor yang akan menjaga diri seorang hamba untuk tetap berjalan menuju sosok yang dicintai-Nya. Langkahnya untuk terus maju meniti jalan itu tergantung pada kuat-lemahnya rasa cinta.
D. Raja' yang terpuji
Syaikh Al 'Utsaimin berkata: "Ketahuilah, roja' yang terpuji hanya ada pada diri orang yang beramal taat kepada Allah dan berharap pahala-Nya atau bertaubat dari kemaksiatannya dan berharap taubatnya diterima, adapun roja' tanpa disertai amalan adalah roja' yang palsu, angan-angan belaka dan tercela." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58)
E. Raja' adalah ibadah
Allah ta'ala berfirman yang artinya, "Orang-orang yang diseru oleh mereka itu justru mencari jalan perantara menuju Rabb mereka siapakah di antara mereka yang bisa menjadi orang paling dekat kepada-Nya, mereka mengharapkan rahmat-Nya dan merasa takut dari siksa-Nya." (QS. al-Israa': 57) Allah menceritakan kepada kita melalui ayat yang mulia ini bahwa sesembahan yang dipuja selain Allah oleh kaum musyrikin yaitu para malaikat dan orang-orang shalih mereka sendiri mencari kedekatan diri kepada Allah dengan melakukan ketaatan dan ibadah, mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan diiringi harapan terhadap rahmat-Nya dan mereka menjauhi larangan-larangan-Nya dengan diiringi rasa takut tertimpa azab-Nya karena setiap orang yang beriman tentu akan merasa khawatir dan takut tertimpa hukuman-Nya
F. Raja' yang disertai dengan ketundukan dan perendahan diri
Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah berkata: "Roja' yang disertai dengan perendahan diri dan ketundukan tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah 'azza wa jalla. Memalingkan roja' semacam ini kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa jadi syirik ashghar dan bisa jadi syirik akbar tergantung pada isi hati orang yang berharap itu..." (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58)
G. Mengendalikan Raja'
Sebagian ulama berpendapat: "Seyogyanya harapan lebih didominasikan tatkala berbuat ketaatan dan didominasikan takut ketika muncul keinginan berbuat maksiat." Karena apabila dia berbuat taat maka itu berarti dia telah melakukan penyebab tumbuhnya prasangka baik (kepada Allah) maka hendaknya dia mendominasikan harap yaitu agar amalnya diterima. Dan apabila dia bertekad untuk bermaksiat maka hendaknya ia mendominasikan rasa takut agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat.
Sebagian yang lain mengatakan: "Hendaknya orang yang sehat memperbesar rasa takutnya sedangkan orang yang sedang sakit memperbesar rasa harap." Sebabnya adalah orang yang masih sehat apabila memperbesar rasa takutnya maka dia akan jauh dari perbuatan maksiat. Dan orang yang sedang sakit apabila memperbesar sisi harapnya maka dia akan berjumpa dengan Allah dalm kondisi berbaik sangka kepada-Nya. Adapun pendapat saya sendiri dalam masalah ini adalah: hal ini berbeda-beda tergantung kondisi yang ada. Apabila seseorang dikhawatirkan dengan lebih condong kepada takut membuatnya berputus asa dari rahmat Allah maka hendaknya ia segera memulihkan harapannya dan menyeimbangkannya dengan rasa harap. Dan apabila dikhawatirkan dengan lebih condong kepada harap maka dia merasa aman dari makar Allah maka hendaknya dia memulihkan diri dain menyeimbangkan diri dengan memperbesar sisi rasa takutnya. Pada hakikatnya manusia itu adalah dokter bagi dirinya sendiri apabila hatinya masih hidup. Adapun orang yang hatinya sudah mati dan tidak bisa diobati lagi serta tidak mau memperhatikan kondisi hatinya sendiri maka yang satu ini bagaimanapun cara yang ditempuh tetap tidak akan sembuh." (Fatawa Arkanil Islam, hal. 58-59
H. Masalah Raja’ Pada Remaja Saat Ini
1. Banyak remaja yang tidak berharap kepada Allah, melainkan kepada selain Allah, seperti dukun.
2. Para remaja cenderung berusaha tanpa berdo’a
3. Lebih mementingkan duniawi.
Contoh cerita tentang raja’ :
Suatu hari Pak Sholeh, awalnya dia dan keluarganya hidup makmur berkecukupan. Mempunyai banyak usaha, anaknya juga begitu. Salah satunya punya usaha warnet yang rame di Jogjakarta. Namun, layaknya roda, kehidupan ini berputar, tak selamanya orang merasakan hidup senang dengan harta yang melimpah.
Pada suatu waktu, usahanya bangkrut. Keluarganya menyalahkannya sebagai biang dari kebangkrutan. Walaupun masih berkumpul dengan keluarganya, tapi dia merasa ada sesuatu yang berbeda, harga dirinya sebagai kepala keluarga dipandang sebelah mata oleh istri dan anak-anaknya. Dia memang merasa bersalah, tapi perubahan sikap keluarganya yang drastis tersebut telah mengusik hatinya, membuatnya sedikit terluka. Dalam kondisi demikian, si bapak ini lebih banyak merenung sambil berpikir untuk memulai usaha lagi dari nol karena memang hartanya telah habis, telah bangkrut.
Dan..Si bapak mulai merintis kerja menjadi tukang rombeng
Pekerjaan sebagai tukang rombeng (mencari barang-barang bekas) memang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Awalnya dengan terpaksa melakukan pekerjaan itu. Tapi pelan-pelan menjadi biasa. Begitulah hari-hari melelahkan dijalaninya sambil tetap terus merenungkan diri tentang keadaan yang menimpanya. Dia lantas lebih banyak berpikir tentang eksistensi dirinya dan kekadiran akan Tuhan. Ya, dia mulai sadar bahwa selama ini jarang menghadirkan Tuhan dalam hatinya, lebih banyak lalai, lebih banyak lupa.
Nah, pada suatu waktu, si bapak ini mendaptkan uang enambelas ribu limaratus (Rp 16.500) seharinya. “Lumayan”, gumamnya sambil mengusap peluh di keningnya. Karena siang begitu terik dan diri terasa lelah, mampir ke sebuah warung untuk membeli minuman. Dalam warung tersebut, ada dua orang lelaki yang sedang asyik bermain catur. Entah apa yang ada dalam pikirannya, dia justru mentraktir keduanya minum teh botol bersama, ya, bapak tukang rombeng ini yang membayarnya.
Rupanya, salah satu lelaki itu terkesan. Berawal dari traktiran itu, salah satu bapak tersebut mengajak si tukang rombeng kerumahnya, ngobrol sana sini. Disinilah kemudian terseritakan apa yang dialami tukang rombeng itu. Termasuk cerita tentang keluarganya yang tak lagi menghargai dirinya setelah jatuh ke jurang kemiskinan. Mendengar ceritanya, hatinya pun luluh dan trenyuh. Peristiwa tak terduga berjalan spontan. Kebetulan, ada sebuah rumah yang masih kosong yang masih menunggu pembeli. Dan tukang rombeng ini disuruh untuk menempati saja tanpa harus bayar.
Subhanallah, bersyukurlah dirinya. Tentu, semuanya bukan semata-mata karena sebotol teh, tetapi karena ketulusan dan kegigihan dalam hidupnya. Rela menjalani kehidupan dengan pekerjaan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya untuk kembali mencapai kesuksesan seperti sediakala. Tak kenal putus asa, yang ada hanyalah harapan akan sebuah nasib yang lebih baik kelak kemudian. Cerita diakhiri ketika tukang rombeng sedang merintis usaha baru di sebuah rumah yang ditempatinya secara cuma-cuma.
I. Problem Solving
1. Memperkuat iman dan taqwa kepada Allah
2. Lebih sering mendekatkan diri kepada Allah
3. Tidak lupa atas kenikmatan yang diberikan Allah dan selalu bersyukur
J. Faktor raja :
- Internal :
· niat
· mengharapkan ridha Allah
- Eksternal :
o melakukan sesuatu untuk kehidupan manusia
K. Manfaat dan Hikmah Raja :
- Memperoleh keridaan Allah
- Terhindar dari perbuatan dosa
- Mendapatkan kepuasan hidup
- Mendekatkan diri kita pada Allah S.W.T
- Sarana penyelesaian persoalan hidup
- Memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
L. Contoh perilaku raja’ dalam kehidupan :
- Bekerja dengan mengharap rida Allah atas penghasilan yang ia dapat
- Bersedekah dengan mengharap rida Allah
- Membantu orang lain tanpa pamrih dan hanya mengharap rida Allah
Sumber
http://agussyafii.blogspot.com/2010/06/pengharapan-raja.html
http://ariautomo.blogspot.com/2007/12/raja-pengharapan.html
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/message/1755
http://islam-itu-indah.blogspot.com/2007/11/khauf-cinta-dan-pengharapan.html
http://www.scribd.com/doc/35607216/Tobat-Dan-Raja
Langganan:
Postingan
(Atom)