Rabu, 27 Juli 2011

Waspadai Efek Layar Komputer pada Mata




Untuk Anda yang bekerja di kantor, mungkin pernah dengar yang namanya computer eye strain. Kondisi ini merupakan keluhan medis yang paling sering diajukan oleh para pekerja kantor.

Eye strain atau bisa diartikan sebagai sakit mata atau mata lelah, terjadi ketika mata terlalu dipaksakan untuk memandang hanya ke satu arah dalam waktu lama. Eye strain dapat terjadi di mana saja, misalnya di perjalanan ketika mengendarai mobil jarak jauh, di rumah ketika menonton film secara maraton, atau di tempat tidur saat memegang novel bagus yang membuat Anda tidak bisa berhenti membacanya.

Meski demikian, tempat yang paling umum memicu eye strain adalah di depan layar komputer. Kadang Anda tidak menyadari sudah bekerja sangat lama di depan komputer dan tidak menyadari mata Anda sudah sangat lelah.

Mata memiliki banyak otot kecil yang bekerja ketika kita sedang mengetik. Setelah sehari penuh bekerja, otot-otot itu menjadi lelah dan ketika itulah terjadi eye strain dan terasa sakit.

Apa saja gejala computer eye strain? Sakit kepala, leher kaku, mata gatal atau kering, mata berair, pandangan tidak fokus, pandangan ganda, sulit berkonsentrasi ke layar komputer, warna di layar tampak tidak selaras, layar komputer seperti berpendar.

Tentu saja, eye strain dapat dihindari dan Anda masih dapat bekerja di depan layar komputer. Antara lain dengan berkedip lebih sering. Ketika sedang bekerja di depan layar komputer, berkedip jadi berkurang lima kali daripada rata-rata. Padahal, tidak berkedip menyebabkan mata kering, sakit kepala dan mata terasa gatal.

Selain itu aturlah waktu beristirahat lebih sering. Targetkan lima menit istirahat setiap kali bekerja satu jam di depan komputer. Sehingga mata dapat kembali fokus.


sumber : http://blogtipshidupsehat.blogspot.com

Wanita Jangkung Lebih Beresiko Kanker?


Perempuan yang memiliki tinggi badan di atas rata-rata beresiko kanker lebih besar dibandingkan dengan orang yang posturnya pendek (kurang dari 155 cm). Mereka yang tingginya di atas 175 cm beresiko kanker 37 persen lebih tinggi.

Penelitian itu dilakukan terhadap lebih dari satu juta perempuan di Inggris dalam sebuah studi yang meneliti kaitan antara tinggi badan dan insiden 17 jenis kanker. Secara umum untuk setiap kenaikan tinggi badan 10 cm, risikonya meningkat 16 persen.

Akan tetapi perlu diingat bahwa sesungguhnya risiko terkena kanker pada kelompok jangkung tidaklah sebesar itu. Misalnya saja, dari setiap 1.000 perempuan dari kelompok jangkung (tinggi 173,8 cm) akan ada 10 yang didiagnosa kanker setiap tahunnya. Sementara itu dari kelompok yang tingginya sedang (160 cm) ada 8 yang didiagnosa kanker. Ini berarti ada tambahan 2 diagnosa per 1.000 wanita dari kelompok tinggi badan di atas rata-rata.

Penelitian berskala besar yang dilakukan oleh tim dari Universitas Oxford ini juga memasukkan faktor risiko lain terhadap kejadian kanker, seperti status sosial ekonomi dan kebiasaan merokok.

Meski demikian Cancer Research, Inggris, mengatakan perempuan yang termasuk jangkung tak perlu khawatir dengan hasil penelitian tersebut. Walau memang tinggi badan berkontribusi pada risiko kanker, tetapi ada faktor lain yang lebih berperan yakni riwayat keluarga dan gaya hidup.

Tinggi badan memang tidak bisa diubah, tetapi mengadopsi gaya hidup sehat, berolahraga secara teratur, menjauhi alkohol dan berhenti merokok merupakan cara yang sudah terbukti bisa mengurangi risiko terkena kanker.



sumber : kompas.com

Archives

Facebook